Kisah Nabi Musa As: Lahir Sampai Wafat (Lengkap)
4/ 5 stars - "Kisah Nabi Musa As: Lahir Sampai Wafat (Lengkap)" Kisah Nabi Musa as : Lahir Hingga Wafat. Nabi Musa yaitu anak pria Imran bi Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub. Dan bersaudara dengan Na...

Kisah Nabi Musa As: Lahir Sampai Wafat (Lengkap)



Kisah Nabi Musa as: Lahir Hingga Wafat. Nabi Musa yaitu anak pria Imran bi Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub. Dan bersaudara dengan Nabi Harun as dan Qorun bin Yashar bin Qahits yaitu pamannya. Ibunya yaitu Yukabad. Harun lebih bau tanah darinya beberapa tahun. 

Kelahiran Nabi Musa

Nabi Musa as dilahirkan pada waktu zaman raja Firaun IV (Ramses III) menguasai negeri Mesir. Pada masa kelahirannya telah dikeluarkan perintah raja untuk membunuh seluruh bayi pria Bani Israil yang gres dilahirkan. Perintah tersebut dipicu oleh mimpi raja yang melihat bahwa api telah tertuju ke Baitul Maqdis sehingga menerangi seluruh Mesir. Para andal nujum raja meramalkan mimpinya bahwa kerajaan Mesir akan dirobohkan, rajanya akan dibinasakan dan mencampurkannya dengan kekuasaan mereka, dan mengusir dirinya dari negeri mereka dan mengganti agama yang mereka yakini oleh pria dari Bani Israil yang dilahirkan ketika itu.

Maka dibunuhlah semua bayi pria yang lahir ketika itu, tidak ada satupun yang ditinggal hidup kecuali didatangi para prajuritnya untuk kemudian dibunuh dengan kejamnya. Budak-budak yang melahirkan pun digugurkan. Firaun IV inilah raja yang paling kejam kepada Bani Israil. Firaun menjadikan mereka sebagai budak dan menyiksa mereka. Bagi mereka yang tidak bekerja harus membayar upeti kepada raja.

Pada suatu waktu lahirlah seorang bayi pria yaitu Nabi Musa as, dan Tuhan telah mengilhamkan kepada ibunya biar ia melarungkan anak tersebut dengan tabut ke sungai Nil.

laki Imran bi Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub Kisah Nabi Musa as: Lahir Hingga Wafat (Lengkap)

Kemudian Nabi Musa dimasukkan dalam tabut dan dilarungkan ke sungai Nil. Sesaat air mengambangkannya ke atas dan sesaat lagi menurunkannya ke tempat yang landai. Sampai akhirnya tabut itu terdampar di pohon-pohon, di taman kediaman Firaun. Dengan qudrat Allah tabut itu ditemukan oleh isteri Firaun Asiyah. Waktu itu ia sedang mandi di tepi sungai Nil.

Asiyah segera menggendong bayi tersebut ke istananya. Pada ketika Firaun melihat bayi tersebut pria ia segera mencabut pedangnya untuk membunuh bayi itu.
"Apa yang akan tuanku lakukan" tanya Asiyah.
"Dia akan kubunuh? Aku khawatir anak inilah yang akan menghancurkan kerajaanku" jawabnya.
"Tuanku ia yaitu bayi yang tak berdaya, mengapa engkau takut kepadanya? Apalagi yang mengasuhnya yaitu kita", "Aku akan mengangkatnya sebagai anakku". Asiyah terus merayunya untuk tidak membunuh anak tersebut.

Nabi Musa Anak Angkat Firaun

Musa pun menjadi anak angkat Firaun, dan dipelihara oleh Asiyah dengan kasih sayangnya. Bayi itu diberi nama Musa, lantaran dalam bahasa Mesir, "Mu" berarti pohon dan "Sya" berarti sungai. Artinya anak yang ditemukan di pohon sungai. Bayi itu terus saja menangis tidak henti-hentinya, iapun segera menyusuinya, tetapi tetap saja bayi itu menangis dan menangis. Setiap dayang-dayang diminta untuk menyusui bayi tersebut biar anak itu tenang berada di istana. Tiap kali orang diganti, tidak ada satupun yang cocok dengan bayi itu.

Sampai akhirnya Yukabad, sang ibu Musa mendengar akan keluh-kesah istri Firaun. Kepada Haman, kepala rumah tangga istana ia memberikan impian tersebut. Didatanganilah istana Firaun dengan hati khawatir dan was-was. Namun kasih sayangnnya telah mengalahkan ketakutannya itu.

Dimintanya bayi tersebut untuk disusuinya, dan tenanglah bayi itu bersama ibunya. Nabi Musa pun sanggup selalu bertemu dengan ibunya sendiri meskipun ia berada di istana.

Musa semakin besar juga. Ia telah pandai berjalan. Umurnya waktu kira-kira tiga tahun. Asiyah semakin sayang kepadanya. Begitupulan Firaun. Pada suatu hari Firaun menggendong Musa, tiba-tiba Musa sa merebut janggutnya, sehingga ia berteriak kesakitan.

"Wahai isteriku! Barangkali inilah anak yang akan menjatuhkan saya dari kerajaanku!" Musa diletakkannya. Ia segera mengambil pedang hendak membunuhnya.

Isterinya tahu dan berkata: "Sabarlah tuanku! Masakan anak sekecil ini tahu apa-apa! Dia kan belum berakal!"

"Belum pandai katamu. tetapi janggutku direnggutnya, rasakan pecah kepalaku lantaran sakit".

Kebetulan di tempat itu ada bara api, dibiarkan Musa berjalan ke erat bara api itu. Setelah dekat, bara itu diambilnya dan eksklusif dimasukkannya ke mulutnya. Musa menjerit lantaran panas dan lidahnya terbakar.

"Coba lihat dan perhatikanlah tuanku, kalau dia telah berakal, pasti bara itu tidak dimakannya" Kata Asiyah sambil memeluk Musa. Musa masih menangis lantaran menggigit bara yang panas, hingga bila ia telah cukup umur mengganggu pengecap Nabi Musa untuk berbicara.

Sebagai putera kesayangan Firaun dimana-dimana Musa dihormati orang. Ia dibolehkan pergi kemana-mana hingga di luar manapun. Setelah Musa besar dan dewasa, fikirannya cerdas maka Allah menganugerahkan kepadanya pangkat kenabian.

Tak Sengaja Membunuh

Pada suatu hari, antara manghrib dan Isya, Musa berjalan-jalan di kota Memphis, dan penduduknya tidak mengenal Musa, kemudian ia bertemu dengan dua orang yang sedang berkelahi, salah seorang di antaranya ialah orang Bani Israil, sedangkan yang lainnya lagi ialah bangsa Qibti kaumnya Firaun.

Musa berusaha mendamaikan antara keduanya, tetapi orang Qibti (Mesir) tidak mau berdamai, kemudian Musa bermaksud membela orang Israel itu dan memukulnya sekali saja, dan seketika orang itu terus mati. Musa sangat meratapi kejadian itu, ia menyadari itu perbuatan syetan, kemudian ia berdoa kepada Allah: "Oh Tuhanku sesungguhnya saya telah berlaku aniaya terhadap diriku sendiri, lantaran itu ampunilah dosaku, maka Allah mengampuni dosanya. Sesungguhnya Tuhan Maha pengampun lagi Penyayang". Musa berkata: "Ya Tuhanku! Demi nikmat yang telah engkau berikan kepadaku, sekali-kali saya tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang dzalim".

Setelah kejadian itu, orang yang pernah ia tolong kemarin berteriak minta tolong lagi padanya. Musa berkata padanya: "Sesungguhnya kau benar-benar orang sesat yang nyata". Maka tatkalah Musa hendak memegang dengan keras yang menjadi musuh keduanya, mesuhnya berkata: "Hai Musa! Apakah kau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat diktatorial di negeri ini. Dan tiadalah kau hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian".

Orang Mesir itu kemudian melaporkan Musa kepada Firaun. Kemudian datanglah dengan sekonyong-konyong seorang pria kepada Musa dengan memberitakan: "Hai Musa! Sesungguhnya pembesar negeri telah berunding untuk membunuh kami, lantaran mereka mengetahui rahasiamu (membunuh orang Mesir) maka keluarlah dari negeri ini. Sesungguhnya saya hanya memberi peringatan saja"

Nabi Musa Hidup di Pengasingan

Lalu keluarlah Nabi Musa dari sana dengan penuh kekhawatiran kalau-kalau ada yang mengetahuinya, ia meninggalkan negeri Mesir mengikuti langkah kakinya, ia belum tahu tempat yang sanggup dijadikan perlindungan, maka larilah ia menuruti langkah kakinya saja tak tentu arahnya. Diwaktu dia berlari meninggalkan Mesir, sering menoleh ke belakang, lantaran merasa ada orang yang membuntutinya. Maka larilah Musa dari kota itu (dari negeri Mesir) dengan ketakutan, serta memperhatikan orang yang akan menangkapnya kemudian ia berkata: "Ya Tuhanku! Lepaskanlah saya dari siksaan kaum yang aniaya"

Dan pada sore harinya dia berhenti di bawah pohon kayu di tempat Madyan. Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Madyan, ia berdoa: "Mudah-mudahan Tuhanku menunjuki saya kepada jalan yang benar".

Sewaktu nabi Musa berhenti di bawah pohon kayu, dia melihat serombongan orang akan meminumkan ternak kambingnya, lantaran disana terdapat mata air. Untuk mendapatkan air mereka saling berebut-rebutan, dan di antara mereka terdapatlah dua anak gadis yang sedang menunggu hingga selesainya orang pria yang berjejal itu.

Nabi Musa menolong dua gadis bersaudara itu untuk meminumkan kambingnya, dan setelah selesai beliaupun duduk di tempat semula, Lalu kembali ia berdoa: "Ya Tuhanku! Sesungguhnya saya sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". Kebaikan yang dimaksudkan Nabi Musa diriwayatkan sebagaian andal tafsir sebagai "barang sedikit makanan".

Kemudian salah seorang dari kedua perempuan itu tiba kepada Musa, berjalan perlahan-lahan dengan perasaan malu, ia berkata: "Bapakku mengundang tuan lantaran ia hendak membalas kebaikan tuan, meminumkan kambing kami". Tatkala Musa tiba dihadapan ayah anak gadis itu (Nabi Syuaib), kemudian Musa menceritakan kisahnya dari awal hingga simpulan ia berjumpa Nabi Syuaib itu. Maka sahut Nabi Syuaib, "Janganlah engkau takut, engkau telah selamat dari kaum yang dzalim itu".

Selesai pembicaraan Nabi Musa dengan ayah gadis itu, berkatalah salah seorang anaknya "Wahai ayahku! ambillah Musa untuk bekerja bersama kita (orang upahan) lantaran yang sebaik-baik orang upahan ialah yang kuat lagi sanggup mendapatkan amanah mirip dia".

Nabi Musa Menikah

Akhirnya Nabi Musa bekerja kepada Nabi Syuaib, ayah gadis itu, sebagai pekerja yang setiap harinya mengembalakan kambing Nabi Syuaib. Dalam masa mengembala, dipanggillah Nabi Musa oleh Nabi Syuaib. Ia berkata: "Sesungguhnya saya hendak menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua puteriku ini atas dasar bahwa engkau jadi buruhku selama delapan tahun, tetapi jikalau engkau sempurnakan sepuluh tahun, maka (itu suatu kebaikan) dari kemauanmu sendiri, dan saya tidak mau memberatkanmu. Engkau akan buktikan aku, Insya Allah termasuk orang-orang yang baik".

Lalu jadilah Nabi Musa kawin dengan salah seorang puteri Nabi Syuaib dan perjanjian yang telah ditentukan itu telah dijalankan dan dilaksanakan oleh Nabi Musa as sendiri.

Maka tatkala Nabi Musa telah menuntaskan waktu yang ditentukan, atas izin mertuanya Nabi Musa berangkat dengan isterinya ke Mesir, melalui jalan-jalan kecil, lantaran takut kalau ditangkap oleh intel Firaun.

Dalam perjalannya Nabi Musa as melihat api dari jauh dan ia bermaksud akan mengambil api itu untuk pedoman ia berlajan, tetapi setelah hingga di tempat itu, bukan main herannya melihat api itu, lantaran api tersebut menempel di sebuah pohon, tetapi pohon itu tidak terbakar.

laki Imran bi Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub Kisah Nabi Musa as: Lahir Hingga Wafat (Lengkap)

Musa mendekati apa itu dan setelah ia hingga terdengarlah olehnya bunyi yang tak sanggup diserupakan dengan apapun dari sebelah kanan pohon Zaitun. Maka ketika ia tiba ke tempat api itu ia dipanggil:
"Hai Musa! Aku ini Allah, Tuhanmu! Maka tanggalkan terompahmu! engkau berada di lembah suci Thuwa! Dan Aku telah menentukan engkau (jadi rasulku). Karena itu dengarlah baik-baik apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya Aku Allah tiada Tuhan (yang haq) melainkan aku. Karena itu sembahlah Aku! Dan kerjakan sholat, biar engkau mengingatKu. Sesungguhnya hari Kiamat pasti terjadi, Aku sembunyikan (tanda-tanda)nya. Agar tiap-tiap diri kelak dinilai amal perbuatannya. Maka jangan sekali-kali kau ragu-ragu wacana ini. Jangan kau dipalingkan oleh orang-orang yang tidak beriman kepadanya, yang akan mencelakakan engkau kelak". (QS. Thaaha 20:11-16)
Kemudian Musa membuka sepatunya hatinya berdebar-debar, tibatiba ia mendengar bunyi kembali: "Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?"

Musa berkata: "Ini yaitu tongkatku, saya telah bertelekan kepadanya, dan saya pukul daun dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".

Allah berfirman: "Lemparkanlah tongkat itu, hai Musa!". Lalu tongkatnya dilemparkan, tiba-tiba tongkat itu berkembang menjadi ular besar, yang merayap dengan cepat, memburu ke arah Musa. Musa lari ketakutan.

Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Peganglah tongkat itu kembali. Jangan takut hai Musa, sesungguhnya seorang yang telah diutus menjadi Rasul tidak perlu takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula menjadi tongkat.

Musa memegang ular itu, kemudian kembali menjadi tongkat. Selanjutnya Allah berfirman kepada Musa: "Kepitlah tanganmu ke ketiakmu! Niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain pula". Lalu Musa mengapitkan tangannya, tampak kemudian tangannya bercahaya putih kemilau. Kemudian Allah memerintahkan kepadanya "Pergilah kepada Firaun, sesungguhnya ia telah melampaui batas"

Musa kemudian berdoa: "Ya Tuhanku! Lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku! Harun saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Melihat kami". Pergilah Nabi Musa ke Mesir, dengan membawa mukjizat tongkat bisa menjadi ular dan tangan menjadi putih kemilau.

Nabi Musa Menentang Firaun

Firaun memiliki kekuasaan yang besar sekali di Mesir, dan lantaran demikian besarnya kekuasaan, sehingga akhirnya Firaun makin usang makin sombong, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Kemudian Allah memanggil Nabi Musa untuk mendatangi Firaun dan kaumnya, memberi pelajaran kepada mereka, biar mereka menyembah Tuhan Allah dan meninggalkan segala maksiat dan kejahatan dan tunduk kepada perintah-perintah Allah. Dan meyakinkan mereka bahwa Allah selalu bersama mereka berdua, tidak perlu takut menghadapi apapun.

Setelah Musa berada di mesir, ia memberikan perintah Allah bersama Harun, saudaranya ddengan perkataan yang lemah lembut dan memberikan kebenaran yang konkret kepada Firaun.

Nabi Musa berkata: "Sesungguhnya kami berdua yaitu utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kau menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah tiba kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk...Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu ditimpakan atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling".

Nabi Musa kemudian memperlihatkan mukjizat yang diberikan Allah kepadanya dengan memasukkan tangannya ke ketiaknya, maka tampaklah cahaya putih berkilau sempurna.

Terjadilah obrolan antara Firaun dan Nabi Musa serta Harun wacana masalah-masalah keTuhanan. Demi mendengar apa yang disampaikan mereka berdua, bukan main marahnya Firaun kepada Musa. Firaun berkata bahwa Musa yaitu tukang sihir dan jikalau sihir itu dibanggakannya maka ia pun memiliki tukang-tukang sihir pula. Dan bahkan ia menyuruh Haman untuk menciptakan istana yang tinggi biar ia sanggup menemui Tuhan Musa. Ia ingin menyatakan kepada kaumnya bahwa Musa hanya berbohong.

Lalu Firaun mengumpulkan tukang-tukang sihirnya untuk bertanding melawan Musa di suatu arena. Arena telah ditentukan berada pada tempat pertengahan antara kerajaan Firaun dan Madyan. Sedangkan waktunya ditentukan di hari raya pada pagi hari ketika matahari naik sepenggalah.

Sebelum pertandingan itu dimulai Firaun telah menciptakan muslihat bagi keduanya. Dan menghasut bahwa Musa dan Harun akan mengusir mereka dari Mesir. Ia menciptakan opini bahwa pertandingan tersebut merupakan pertaruhan dua bangsa yang harus dimenangkan oleh bangsa Mesir. Apabila mereka kalah mamka mereka akan dihinakan oleh Musa. Bermunculanlah jago-jago sihir dari seluruh penjuru dikumpulkan untuk menghadapi Nabi Musa. Dan mereka telah menyiapkan diri untuk mengalahkannya.

Tatkala saatnya tiba, jago-jago sihir Firaun melemparkan tali, tongkat maka berubahlah tali dan tongkat itu menjadi ular yang menjalar. Lalu Musa merasa takut, dikarenakan telah dikelilingi oleh ular-ular yang berbisa. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa:
Lemparkanlah tongkat yang di tangan kanamu, pasti ia akan (berubah menjadi ular besar yang) menelan segala perbuatan mereka itu, sesungguhnya kerja mereka itu yaitu muslihat tukang sihir (belaka). Dan sekali-kali tidaklah akan menang tukang sihir itu walau bagaimanapun juga" (QS Thaaha 20:69).
Tongkat itu kemudian berkembang menjadi ular besar, ditelannya semua ular-ular yang ada. Bukan main terkejutnya jago-jago sihir itu. gres kali itu mereka melihat kejadian yang luar biasa semacam itu, sehingga kemudian semua andal sihir itu tunduk sujud kepada Musa.
Kemudian segala tukang sihir itu bersujud tunduk kepada Musa seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa" (QS. Thaaha 20:70)
Karena melihat tukang sihirnya telah beriman keapda nabi Musa as, amat gusarlah Firaun dan dihukumlah mereka yang beriman kepadanya, tangan dan kaki mereka dipotong berlawanan, kaki kiri dipotong dan asisten dipotongnya. Kemudian mereka disalib pada pangkal pohon kurma. Demikianlah ujian bagi mereka yang beriman dan menentang Firaun.

Demikian pula ketika Firaun mengetahui bahwa isterinya Asiyah telah beriman kepada Allah, maka Firaun bertambah-tambah marahnya, sehingga isterinya disiksanya hingga mati, demikian juga orang-orang yang beriman disiksa dengan siksaan yang amat berat.

Nabi Musa Membelah Lautan

Akhirnya nabi Musa bersama-sama orang yang beriman keluar dari Mesir, setelah mereka tidak berdaya lagi di negeri Mesir, maka Firaun mengejar mereka hingga ke pantai Laut Merah. Kemudian Allah mewahyukan kepada nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke maritim sehingga lautpun menjadi jalan besar dan membelah dua untuk dilalui Musa dengan pengikut-pengikutnya.

laki Imran bi Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub Kisah Nabi Musa as: Lahir Hingga Wafat (Lengkap)

Firaun mengejar kaum Musa ke tengah maritim itu. Dan sewaktu Firaun dengan balatentaranya mengejar dari belakang hingga dipertengahan laut, air lautpun bersambung kembali menjadi satu, kemudian mereka mati karam semuanya.
Firaun dan balatentaranya mengejar mereka (Nabi Musa dan orang-orang yang beriman hingga ke tengah laut), kemudian mereka ditutup oleh maritim yang menenggelamkan mereka semuanya" (QS. Thaaha 20:78)
Tubuh Firaun ditemukan telah mati di pinggir pantai oleh orang-orang Mesir. Lalu tubuhnya dimummi sehingga hingga ketika ini orang sanggup melihatnya di musium Mesir.

Walaupun Firaun telah mati, namun rakyatnya yang telah mendapatkan ajran Firaun bertahun-tahun masih banyak, dan jiwanya sangat sulit untuk diperbaiki dan diajak menjalankan aliran yang dibawa oleh Musa as.

Karena itu Musa memohon kepada Allah supaya Harun dijadikan pembantunya dalam menjalankan kerasulannya. Kemudian doa nabi Musa dikabulkan Tuhan, ia berkata: "Wahai Tuhanku! Aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, maka saya takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku, Harun, ia lebih fasih lidahnya daripadaku. Maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku. Sesungguhnya saya khawatir mereka akan mendustakan aku". Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepada kalian kekuasaan yang besar. Maka mereka tidak akan bisa mencapai kalian berdua. Lantaran ayat-ayat Kami, kau berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang akan menang".

Setelah simpulan hayat Firaun, tidak berarti dakwah Nabi Musa telah selesai masih banyak yang harus dikerjakannya untuk membawa ummatnya kepada jalan yang benar. Dan dia sendiri selalu memohon petunjuk kepada Allah untuk membimbing umatnya.

Nabi Musa dan Khidhr

Nabi Musa mengajak muridnya, Yusa bin Nun, untuk berlayar bersamanya ke tengah lautan. Ketika ia berada di antara perbatasan dua laut, ia minta kepadanya biar kembali lagi.
"Dan (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum hingga ke pertemuan dua buah lautan, atau saya akan berjalan hingga bertahun-tahun" (QS. al-Kahfi 18:60).
Maka tatkalah meraka hingga ke pertemuan dua buah maritim itu, mereka lalai akan ikannya, kemudian ikan itu melompat mengambil jalannya ke maritim itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari masakan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih lantaran perjalanan kita ini".

Muridnya menjawab: "Tahukah kau tatkala ia mencari tempat berlindung di kerikil tadi, maka sesungguhnya saya lupa menceritakan wacana ikan itu dan tidak yaitu yang melupakan saya untuk menceritakannya kecuali syetan dan ikan mengambil jalannya ke maritim dengan cara yang abnormal sekali". Kemudian Nabi Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari". Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Allah, yang telah diberikan kepada rahmatnya dari sisi Allah, dan yang telah diajarkan kepadanya ilmu dari sisi Allah. Dialah nabi Khidhr yang sedang ia cari untuk mencar ilmu kepadanya. Nabi Musa bersedia mencarinya hingga kapanpun ia dapatkan.

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkan saya mengikutimu supaya kau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?".

Khidhr menjawab: "Sesungguhnya sekali-kali kau tidak akan sanggup sabar bersamaku". "Dan bagaimana kau sanggup sabar atas sesuatu yang kau belum memiliki pengetahuan yang cukup wacana hal itu" tambahnya.

Nabi Musa berkata: "Insya Allah kau akan mendapati saya sebagai seorang yang sabar, dan saya tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun".

Khidhr menjawab: "Jika kau mengikutiku, maka janganlah kau menanyakan kepadaku wacana sesuatu apapun, hingga saya sendiri menerangkannya kepadamu".

Dengan kesepakatan itu, maka berjalanlah keduanya, mengarungi lautan, hingga tatkala keduanya menaiki perahu kemudian Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kau melobangi perahu itu yang karenanya sanggup menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar".

Khidhr menjawab: "Bukankah saya telah berkata: "Sesungguhnya, sekali-kali kau tidak akan sabar besama dengan aku. Musa berkata: "Janganlah kau menghukum saya lantaran kelupaanku dan janganlah kau membebani saya dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".

Maka keduanya terus melanjutkan perjalanannya, hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kau bunuh jiwa yang bersih, bukan lantaran dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kau telah melaksanakan suatu yang mungkar"?, Khidhr menjawab: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kau tidak akan sanggup sabar bersamaku?".

Musa berkata: "Jika saya bertanya sesuatu setelah kali ini, maka janganlah kau memperbolehkan saya menyertaimu, sesungguhnya kau sudah cukup memperlihatkan uzur padaku".

Maka keduanya meneruskan perjalanan, hingga tatkala keduanya hingga kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kau mau, pasti kau mengambil upah untuk itu". Khidhr menjawab: "Inilah perpisahan antara saya dengan kamu, saya akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup sabar terhadapnya.

Adapun perahu itu yaitu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan saya bertujuan merusakkan perahu itu, lantaran dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya yaitu orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.

Adapun dinding rumah itu yaitu kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya yaitu orang yang shaleh, maka Tuhanmu menghendaki biar supaya mereka hingga kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu, dan bukanlah saya melakukannya berdasarkan kemauanku sendiri. Demikian itu yaitu tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup sabar terhadapnya".

Khidhr merupakan sosok tokoh yang tenang, ia tidak berbicara dan gerak-geriknya penuh makna dan menjadikan kebingungan Nabi Musa as. Itulah perumpamaan andal syariat dan andal hikmat, yang sulit difahami dengan mata bernafsu belaka.

Nabi Musa dan Bani Israil

Nabi Musa memohon kepada Allah untuk memberikannya  petunjuk. Kemudian Allah memerintahkan dirinya pergi menuju gunung Sinai selama 30 hari, yang kemudian disempurnakan Allah menjadi 40 hari. Maka pergilah ia ke gunung Sinai dan mendapatkan Taurat dari sisi Tuhannya. Nabi Musa berpesan kepada saudaranya Harun: "Gantikanlah saya dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah hal-ihwal mereka dan janganlah kau mengikuti jalan orang-orang yang menciptakan kerusakan".

Ketika ia telah hingga di gunung itu maka Allah mewahyukan kepadanya Taurat dan berbicara eksklusif dengan Allah. Lalu Musa berkata:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri engkau) kepadaku biar saya sanggup melihat kepada Engkau". Maka Allah berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlah bukit itu, maka jikalau ia tetap di tempatnya (sebagai sedia kala) pasti kau sanggup melihatKu" (QS. al-Araf 7:143).
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada bukit itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali dia berkata: "Maha Suci Engkau, saya bertobat kepada Engkau dan saya orang yang pertama-tama beriman".
"Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku menentukan (melebihkan) kau dari insan yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk berbicara eksklusif denganKu, alasannya itu berpegang-teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kau termasuk orang-orang yang bersyukur". Dan Allah telah memberikannya kepingan kerikil yang tertulis isi Taurat, yang disebut Lauh, sebagai pelajaran dan klarifikasi bagi segala sesuatu. Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik (QS. al-Araf 7:142-145).
Setelah kembali dari gunung Sinai, banyak umatnya yang berpaling dari perintahnya, jawaban seruan seorang tukang sihir Samiri banyak di antara umatnya yang menyembah patung sapi yang bisa berbicara lantaran sihirnya. Sehingga marahlah dia kepada nabi Harun dan menyuruh Samiri dan pengikutnya membunuh dirinya sendiri lantaran lebih baik bagi mereka.

Umat Nabi Musa sangat keras kepala, kekufurannya telah mendarah daging dan telah besar lengan berkuasa yang menghunjam pada jiwanya. Mereka meminta kepada nabi Musa untuk menciptakan Tuhan mirip umat lainnya menyembah berhala. Nabi Musa sangat murka kepada mereka dan menghardik mereka. Jika mereka diseru untuk menyembah Tuhan mereka meminta biar Allah ditampakkannya, sehingga mereka mati, binasa tersambar petir. Nabi Musa sendiri, ketika ia diperintah melihat gunung itu tersungkur pingsan.
"Dan (Ingatlah), ketika kau berkata: "Hai Musa! kamai tidak akan beriman kepada engkau sebelum kami melihat Allah dengan terang dan terang (dengan kedua mata kami)", lantaran itu halilintarlah yang tiba menyambar kamu, sedang kau melihatnya hingga mati semua". (QS. al-Baqarah 2: 55-56) senada dengan ayat ini QS. al-Araf 7:143.
Pada suatu ketika Bani Israil ditimpa kepanasan dan kelaparan. Maka datanglah Bani Israil kepada Nabi Musa minta diberikan makanan, berupa sayur-sayuran dan buah-buahan, kemudian Musa berdoa kepada Allah, kemudian Allah lindungi mereka dengan awan dari terik matahari dan memperlihatkan Manna (makanan manis sebangsa madu) dan Salwa (burung sebangsa puyuh) sebagai masakan mereka.
"Kami lindungi kau dengan awan dan Kami turunkan kepadamu masakan berjulukan Manna dan Salwa" (QS al-Baqarah 2:57)
Pada ketika Samiri dan pengikutnya lari meninggalkan Musa, dan ketika mereka mencari air dalam perjalanan mereka, usaha mereka sia-sia dan tidak mendapatkan air sama sekali. Akhirnya, mereka tiba kepada Nabi Musa mengadukan halnya, dan mereka meminta tolong kepada Musa supaya memintakan air kepada Allah.
Dan (ingatlah) kepada Nabi Musa memintakan air bagi kaumnya, maka Kami berkata: "Pukullah kerikil itu dengan tongkatmu", kemudian memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. Makan dan minumlah rizqi (yang diberikan) Allah dan janganlah kau berkeliaran di muka bumi dengan menciptakan kerusakan" (QS. al-Baqarah 2:60)
Mereka akhirnya meminum air itu, setelah nabi Musa memukulkan tongkatnya ke kerikil itu, sehingga keluarlah dua belas mata air dan masing-masing puak meminum airnya.

Meskipun banyak anugerah Allah yang diberikan kepada Bani Israil, tetapi mereka tetap saja menciptakan nabi yang diutus kepada mereka geram. Setelah mereka mendapatkan manna dan salwa, kemudian mereka menerima dua belas mata airnya, dengan gampang mereka berkata kepada nabi Musa: "Hai Musa, kami tidak bisa tahan dengan satu macam masakan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, biar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur mayurnya, ketimunnya,  bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kau mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kau ke suatu kota, pasti kau memperoleh apa yang kau minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapatkan kemurkaan Allah. Hal itu terjadi lantaran mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi lantaran mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas".

Nabi Musa juga memberikan kepada mereka untuk beribadah pada hari Sabtu, sebagai perjanjian mereka dengan Allah untuk beribadah dan memohon kepadaNya biar selalu mengingatNya. Nabi Musa melarang mereka untuk bekerja atau berlayar ke maritim pada hari Sabtu untuk menghormatinya. Namun adapula mereka yang tidak meperdulikan perintah Nabi Musa, malah mereka berlayar pada hari Sabtu lantaran ikan pada hari itu sangat banyak sekali. Akhirnya Allah menurunkan adzab kepada mereka.
"Dan sesungguhnya telah kau ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, kemudian Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kalian monyet yang hina" (QS. al-Baqarah 2:66)

Nabi Musa dan Qorun

Adapula kisah mengenai nabi Musa dan Qorun. Qorun yaitu saudara ayahnya. Ia yaitu paman nabi Musa yang kaya raya. Namanya tersebut dalam al-Quran QS. al-Qosos 76-78.
"Sesungguhnya Qorun termasuk dari kaum Musa"
Allah telah memberikannya harta yang banyak dimana kunci-kunci simpanan kekayaannya membenani punggung-punggung unta. Disebutkan ia memiliki kunci yang dibawa oleh 60 keledai, setiap kunci terdapat simpanan kekayaannya yang terbuat dari kulit. Kebencian musuh Allah ini tampak dari kekikirannya ketika bala menimpa kaumnya.

Nabi Musa telah memerintahkan Bani Israil untuk bersedekah di jalan Allah. Ketika ia berkata kepada kaumnya: "Janganlah kau terlalu bangga, sesungguhnya Allah kepadamu kebahagiaan negeri akherat, dan janganlah kau melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat oke kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kalian, dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan"'

Qorun kemudian berkata: "Sesungguhnya saya hanya diberi harta, lantaran ilmu yang ada padaku". Qorun tetap saja tidak mengindahkan perintah Nabi Musa dan memusuhinya, hingga ia keluar kepada kaumnya dengan bangganya dengan kuda mewahnya, dengan iring-iringan lengkap para pengawalnya untuk memperlihatkan kekayaannya. Maka mereka yang terpengaruhi dengan kemewahan itu berkata: "Mudah-mudahan Allah memperlihatkan kita mirip yang telah diberikanNya kepada Qorun". Maka marahlah nabi Musa dan menyuruh mereka bertaqwa kepada Allah, namun hanya sedikit orang sabar yang mendengarnya.

Allah kemudian menguji mereka dengan zakat, maka diwajibkanlah kemudian kepada Bani Israil untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk orang miskin. Nabi Musa memberitahukan kepada kaumnya bahwa setiap 1000 dinar dikeluarkan dengan satu dinar. Dan setiap 100 dirham 1 dirham. Dan setiap 1000 bahan satu dizakatkan.

Maka berkatalah Qorun: "Hai kaum! Engkau selalu mendengar perintahnya dan mematuhinya, ketika ini ia memerintahkan kalian mengambil harta-harta kalian".

Mereka berkata: "Engkau yaitu darah biru kami dan tuan kami, maka perintahkanlah kami sekehendakmu!"

Maka ia memerintahkan untuk membawa seseorang perempuan pencuri maka kemudian ia menjadikan dirinya kasus palsu. Maka mereka memanggilnya dan menyuruhnya untuk menuduh dirinya sendiri berzinah dengan Musa. Kemudian ia mendatangi Musa.

Ia berkata: "Sesungguhnya kaummu telah berkumpul biar memerintahkan mereka dan melarang mereka".

Maka keluarlah Musa kepada mereka dan berkata: "Wahai Bani Israil, barangsiapa yang mencuri maka akan kami potong tangannya, barangsiapa berzinah maka akan kami cambuk ia 80 kali, dan barangsiapa berzina sementara ia tidak punya istri kami akan cambuk dia seratus kali, dan barangsiapa yang berzinah sementara ia telah beristri kami akan cambuk ia hingga mati".

Kemudian Qorun berkata: "Meskipun engkau yang melakukannya?", ia menjawab: "Meskipun aku!"

"Sesungguhnya Bani Israil telah menuduhmu dengan kekejian, engkau telah berbuat zinah dengan seorang perempuan". Ia berkata: "Panggillah ia!, apabila ia berkata maka itulah saksinya".

Maka ketika ia tiba pada Musa maka berkatalah ia "Wahai perempuan!", ia menjawab: "Aku memenuhi panggilanmu!"

Musa berkata: "Aku berzinah dengannmu mirip tuduhan mereka?" Ia berkata: "Tidak mereka bohong!, akan tetapi menciptakan kasus biar saya menuduhmu dengan diriku".

Maka meloncatlah nabi Musa dan bersujud. Maka diwahyukanlah kepadanya: "Perintahkanlah bumi sekehendakmu!"

Kemudian ia berkata: "Ambillah mereka!", maka terbenamlah kaki-kaki mereka. Kemudian ia berkata: "Wahai bumi ambillah mereka!", maka terbenamlah mereka hingga ke leher. Mereka kemudian berteriak minta tolong dan memohon kepada Nabi Musa. Ia berkata: "Wahai bumi ambillah mereka!" Maka terbenamlah mereka semua ke dalam bumi.

Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Musa: "Wahai Musa! Berkata hamba-hambaku padamu: "Wahai Musa! Wahai Musa!. Jangan kasihani mereka. Kalau kepadaKu mereka meminta maka mereka akan mendapatiKu sangat erat dan mendapatkan mereka.
"Maka kami benamkanlah Qorun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golonganpun yang menolongnya terhadap adzab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)" (QS. al-Qosos 28:81)
Kemudian nabi Musa pindah ke Ariha tempat yang berdekatan dengan Baitul Maqdis. Ia memerintahkan kepada kaumnya untuk masuk ke dalam Baitul Maqdis, ia berkata: "Hai kaumku! Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikanNya kau orang-orang mereka, dan diberikanNya kepadamu apa yang belum pernah diberikanNya kepada seseorang di antara umat-umat yang lain...Hai kaumku!, masuklah ke tanah suci Palestina yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kau lari dari perang lantaran takut kepada musuh, sehingga kau menjadi orang-orang yang merugi.

Mereka berkata: "Hai Musa sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka keluar, pasti kami akan memasukinya".

Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut kepada Allah, yakni Yusa bin Nun dan Kalib bin Yoqna, Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui gerbang kota itu, maka bila kau memasukinya pasti kau akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kau bertawakkal, jikalau kau benar-benar orang yang beriman".

Bani Israil berwatak keras kepala, keras mirip batu, sudah terang perintah Nabi Musa yaitu perintah Allah, dan nabi telah mengingatkan mereka untuk berperang, malah dengan enteng mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, lantaran itu pergilah kau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kau berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja".

Demi mendengar pernyataan mereka, nabi Musa tak kuasa lagi memerangi keingkaran mereka. Lalu berdoalah nabi Musa: "Ya Tuhanku, saya tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu". Kemudian Allah mewahyukan kepada mereka:
"(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tieh) itu. Maka janganlah kau bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu. (QS. al-Maidah 5:26)
Benarlah firman Allah, lantaran keingkaran mereka, akhirnya bangsa Israel menjadi bangsa yang terkatung-katung, terbuang di antara bangsa-bangsa lainnya.

Sapi Betina

Zaman dahulu kala, tersebutlah di zaman Bani Israil seorang anak yang sangat taat kepada ibunya. Ia tidak pernah menolak perintah, selalu taat pada ibunya. Tak pernah terlontar dari mulutnya kata-kata bernafsu atau tidak patuh kepadanya. Ia membagi malamnya dengan tiga, shalat sepertiga malam, tidur sepertiga malamnya dan sepertiganya lagi, memanjakan kepala ibunya di pahanya. Bila telah tiba pagi maka ia mencari kayu bakar dan dijualnya di pasar. Bila ia mendapatkan hasilnya, sepertiganya ia sedekahkan, sepertiganya ia pergunakan untuk dirinya dan sepertiganya lagi ia berikan pada ibunya.

Pada suatu hari berkatalah ibunya: "Sesungguhnya ayamu telah mewariskanmu sebuah sapi di kampung maka berangkatlah engkau ke tempat itu dan berdoalah kepada Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub biar mengembalikannya padamu, gejala sapi itu ialah engkau menyangka bahwa sinar matahari telah keluar dari kulitnya", sapi itu disebut dengan "sapi emas" lantaran kuningnya dan keindahannya. Maka dilihatnya sapi itu sedang makan di kebun, maka berkatalah anak itu: "Aku memilihmu dengan Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub". Maka datanglah sapi itu kepadanya dan berdiri di hadapannya minta dibelainya.

Sapi yang digembalakannya sangat cantik lantaran warna keemasannya, bila matahari terbit menyinari bumi, laksana emas dihamparkan di atas kulitnya, menciptakan orang terpesona melihatnya. Namun sapi itu lari dari orang yang melihatnya.

Syahdan, ibunya berkata kepadanya: "Sesungguhnya engkau fakir tak berharta, bersusah payah engkau cari kayu bakar dan tak pernah pula engkau tinggalkan ibadah di malam hari, maka berangkatlah engkau ke pasar dan juallah sapi itu!", anak itu bertanya: "Berapa harganya!", ibunya menjawab: "Tiga dinar dan janganlah engkau jual tanpa persetujuanku" sapi itu hendak dijualnya di pasar atas uruhan ibunya dengan harga 3 dinar. Sapi itu ditawar oleh seseorang dengan harga 6 dinar. Anak itupun berkata padanya: "Ibuku menyuruhku menjual sapi ini seharga tiga dinar, bila engkau menawarnya 6 dinar saya akan sampaikan dulu pada ibuku, jikalau ia membolehkannya akan saya berikan kepadamu".

Bersegeralah ia menemui ibunya dan menceritakan maksudnya, ibunya berkata: "Juallah dengan harga itu!". Anak itupun bergegas pergi dan memberikan harga yang dimintanya. Orang itu menawarnya kembali dengan harga 10 dinar. Anak itu tidak mengizinkan sebelum ibunya mengetahui hal itu. Maka ia kembali pada ibunya dan memberitahukan perihal tersebut. Ibunya kembali mengizinkan untuk menjualnya dengan harga 10 dinar, "Ambillah sapi itu dengan harga sepuluh dinar dan jangan kau lebihkan lagi!"

Ia pun mendatangi pria tadi dan memberinya harga 10 dinar. Orang itu kembali menawar dengan 13 dinar. Kembali ia menolaknya lantaran ibunya hanya mengizinkan 10 dinar untuk harga sapi itu. Akhirnya ibunya berkata: "Sesungguhnya orang yang bertanya kepadammu itu yaitu seorang nabi, tiba kepadamu untuk mengujimu. Maka apabila ia tiba kepadamu katakan kepadanya: "Apakah engkau akan membelinya atau tidak?".

Maka datanglah ia kepada orang tersebut, dikatakan apa yang diperintahkan ibunya, maka berkatalah orang itu: "Jangan kau jual sapi ini, sesungguhnya saya Musa bin Imran membelinya darimu untuk seorang Bani Israil yang terbunuh, dan jangan engkau jual kecuali dengan dinar yang dimilikinya, maka peganglah". Akhirnya diterimalah santunan Musa itu.

Nabi Musa membeli sapi itu dikarenakan Allah telah mewahyukan kepadanya untuk membeli sapi betina itu, untuk menuntaskan kasus pembunuhan di kalangan Bani Israil. Syahdan, terdapat seorang pria kaya Bani Israil, ia tidak memiliki anak, hanya memiliki keponakan, dan tidak ada orang lain yang akan mewarisi hartanya kecuali dirinya. Sudah semenjak usang anak itu menunggu simpulan hayat pamannya tersebut biar ia sanggup mewarisi harta kekayaannya. Semakin ia fikirkan semakin usang pula pamannya meninggal dunia, sehingga syetan menarik hati dirinya untuk membunuh pamannya. Maka dibunuhlah pamannya, biar ia mendapatkan warisannya. Anak itu kemudian memindahkan jenazahnya ke desa lainnya. Lalu dengan lihainya anak itu menuntut kepada Bani Israil biar menemukan pembunuh pamannya itu.

Sampai akhirnya problem itu menjadi besar dan nabi Musa as dituduh sebagai pembunuhnya.

Akhirnya nabi Musa dihadapkan pada problem pelik yang menyangkut tuduhan bangsa Mesir atas terbunuhnya seseorang. Dan nabi Musa dituduh sebagai pembunuhnya. Persoalan itupun menjadi opini umum, sehingga Nabi Musa dirundung sedih dan mengadukan kasus itu kepada Allah, Tuhannya yang selalu memperlihatkan petunjuk kepadanya.

Maka Allah memberi wahyu kepadanya biar ia menyuruh penduduk itu mengambarkan kesuciannya dengan seekor sapi yang harus disembelihnya untuk mengetahui siapa pelaku bahu-membahu yang telah membunuh orang itu.

Nabi Musa telah memerintahkan penduduk untuk mencari seekor sapi untuk mengambarkan perbuatan itu. Tetapi Bani Israil selalu ingkar pada petunjuk nabinya merekapun engkan melakukannya. Sampai nabi Musa marah, mereka kemudian bertanya: "Sapi yang engkau perintahkan untuk disembelih itu mirip apa". Setelah menerima wahyu nabi pun menjawab: "Sapi itu masih perawan". Lama pula perintah itu disampaikan kepada mereka, tetap saja bertanya kembali: "Apakah ada gejala dari sapi itu". Setelah wahyu turun Nabi menjawab: "Sesungguhnya sapi itu berwarna keemasan". Dicarilah sapi itu, namun mereka tidak bisa menemukannya. Mereka mencari alasan bahwa permintaan itu sulit dikabulkan.

Akhirnya Nabi Musa memperoleh sapi betina itu, sapi yang berwarna keemasan dari anak itu. Dan memerintahkan Bani Israil menyembelihnya. Kembali mereka tidak mematuhi perintah Rasulnya. Akhirnya Nabi Musa pula yang menyembelihnya. Dan dipukulkanlah sapi itu kepada badan korban. Dengan izin Allah orang itu berdiri dan menyatakan siapa pembunuhnya: "Orang yang membunuh saya yaitu fulan bin fulan". Dengan kejadian itu maka terjagalah kehormatan nabi Musa dan orang yang membunuh korban itu dijebloskan ke dalam penjara.

Nabi Musa Wafat

Begitulah riwayat hidup Nabi Musa yang mengajak umatnya ke jalan yang benar. Meskipun permintaan mereka telah banyak dikabulkan Allah namun bangsa Israel yang keras kepala selalu menentangnya. Dan hancurlah musuh-musuhnya, hancurlah Firaun, Haman, Qorun, dan kaum Kanaan. Nabi Musa meninggal dunia dalam usia 120 tahun di padang Tieh.

Nabi Musa dan kaumnya patut dijadikan mirip biar kaum muslimin sanggup mengambil nasihat yang besar. Bahkan Allah begitu banyak menempatkan kisah Bani Israil dan nabi-nabinya dalam al-Quran. Ini menjadi nasihat bagi kita biar meneladani usaha para nabi dan rasul dan menjaga diri dari adzab yang telah menimpa mereka.

Sumber http://ilmusiana.blogspot.com/