Pendaftaran Seleksi Penerimaan Cpns Tahun 2018 Kota Tangerang Banten
4/ 5 stars - "Pendaftaran Seleksi Penerimaan Cpns Tahun 2018 Kota Tangerang Banten" Jadwal Pendaftaran Seleksi Penerimaan CPNS Tahun 2018 Kota Tangerang (Banten) serta Kouta Rekrutmen / Penerimaan CPNS Tahun 2018 Kota...

Pendaftaran Seleksi Penerimaan Cpns Tahun 2018 Kota Tangerang Banten




Jadwal Pendaftaran Seleksi Penerimaan CPNS Tahun 2018 Kota Tangerang (Banten) serta Kouta Rekrutmen / Penerimaan CPNS Tahun 2018 Kota Tangerang (Banten) merupakan posting yang ketika ini sedang populer, oleh alasannya yakni itu mudah-mudahan isu berikut ini sanggup membantu Anda yang memnutuhkannya.

Perlu diketahui bahwa Jadwal Pendaftaran Seleksi Penerimaan CPNS Tahun 2018 Kota Tangerang (Banten) sama halnya dengan Kota lainnya yakni sesuai dengan ketetapan yang sanggup dilihat secara pribadi dalam laman https://sscn.bkn.go.id/.  Adapun  Kouta Rekrutmen / Penerimaan CPNS Tahun 2018 Tangerang (Banten) masih didominasi kebutuhan akan tenaga guru (pendidikan) dan tenaga kesehatan. Supaya tidak terjebak wacana kuota CPNS Tangerang (Banten) silahkan susukan sendiri laman  https://sscn.bkn.go.id/ dan  menpan.go.id

Anda tertarik mengikuti Pendaftaran Seleksi Penerimaan CPNS Tahun 2018 di Kota Tangerang Provinsi Banten ? Berikut sedikit profil wacana Kota Tangerang (Banten).  Letak Kota Tangerang Provinsi Banten Secara gafis Kota Tangerang terletak pada posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan (LS).

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13 kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 Km2), Larangan (9,611 Km2), Karang Tengah (10,474Km2), Cipondoh ((17,91 Km2), Pinang (21,59 Km2), Tangerang (15,785 Km2), Karawaci (13,475 Km2), Jatiuwung (14,406 Km2), Cibodas (9,611 Km2), Periuk (9,543 Km2), Batuceper (11,583 Km2), Neglasari (16,077 Km2), dan Benda (5,919 Km2), serta mencakup 104 kelurahan dengan 981 rukun warga (RW) dan 4.900 rukun tetangga (RT).

Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis alasannya yakni berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 wacana Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.

Posisi Kota Tangerang tersebut mengakibatkan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan aneka macam aktivitas di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang sanggup menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif.

Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah manajemen Kota Tangerang. Gerbang perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang.

Kota Tangerang juga mempunyai jumlah komunitas Tionghoa yang cukup signifikan, banyak dari mereka yakni adonan Cina Benteng. Mereka didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada era ke 18 dan 19, dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani. Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin, mereka yakni pemeluk Taoisme yang berpengaruh dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka. Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut diri mereka sebagai Tionghoa. Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang, kebanyakan kini telah dikembangkan menjadi daerah sub-urban menyerupai Lippo Village.

Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar Lama, Benteng Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village), dan Poris. Orang-orang sanggup menemukan masakan dan barang-barang berkhas China. Lippo Village yakni lokasi permukiman baru. Kebanyakan penduduknya yakni pendatang, bukan orisinil Cina Benteng.

Kota Tangerang mempunyai aneka macam jenis kebudayaan diantaranya Tari Lenggang Cisadane, Gambang Kromong, Lenong, Barongsai dan Silat Beksi

Tari Lenggang Cisadane
Tari Lenggang Cisadane sendiri merupakan perpaduan unsur budaya yang ada di Kota Tangerang menyerupai budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab dan budaya Lainnya. Selain alat musik gamelan, didalamnya juga terdapat alat musik yang dipakai pada musik marawis, lengkap dengan lagu-lagu marawisnya. Tari Lenggang Cisadane ini merupakan proses pembentukan harmonisasi musik, tata busana dan gerak yang dipadukan menjadi suatu tarian yang indah dan mencirikan budaya Kota Tangerang. Tarian ini dibawakan 13 orang yang mencirikan jumlah kecamatan di Kota Tangerang. Seniman dan budayawan kota Tangerang ini menghasilkan sebuah seni tradisional khas Kota Tangerang dengan memadukan unsur musik, kostum dan tarian.

Gambang Kromong
Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) yakni sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, menyerupai sukong, tehyan dan kongahyan. Disebut Gambang Kromong alasannya yakni diadopsi dari nama dua buah alat perkusi yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari prakarsa seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) berjulukan Nie Hoe Kong pada masa jabatan 1736-1740. Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya jikalau dipukul. Kromong biasanya dibentuk dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang dipakai dalam gambang kromong yakni tangga nada pentatonik Cina yang sering disebut salendro Cina atau salendro mandalungan. Instrumen pada gambang kromong terdiri atas gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek dan sukong, tehyan atau kongahyan sebagai pembawa melodi.

Lenong
Lenong yakni kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik menyerupai gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa menyerupai tehyan, kongahyang dan sukong. Lakon atauskenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang dipakai dalam lenong yakni bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi. Lenong berkembang semenjak selesai era ke-19 atau awal era ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan pembiasaan oleh masyarakat Betawi ataskesenian serupa menyerupai komedi aristokrat dan teater stambul yang sudah ada ketika itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal semenjak tahun 1920-an.

Barongsai
Kesenian yang berkembang di Kota Tangerang, terdiri dari beberapa jenis antara lain Kilin, Peking Say, Lang Say, Samujie. Kesenian yang menampilkan Singa Batu model dari Cieh Say ini ada bermacam macam, dimana yang utama mengikuti dua aliran, yaitu Aliran Utara dan Selatan yang dimaksud yakni sebelah Utara Sungai Yang Zi, bentuknya garang, badannya tetap, mulutnya persegi menyerupai yang kita lihat di kelompok Istana Kekaisaran di Beijing, sedangkan ajaran selatan yakni terdapat di sebelah Selatan Sungai Yang Zi, bentuknya lebih bervariasi, lebih luwes, tapi kurang gagah. Aliran Selatan, pada umumnya berada di kelenteng-kelenteng Indonesia, khususnya di Kota Tangerang, termasuk bentuk singa ini, sama sekali tidak menyerupai dengan wujud singa sebenarnya, tetapi diambil dari Anjing Say yang pada waktu itu dipelihara Kaisar dan hanya di Istana saja, alasannya yakni dianggap suci.

Silat Beksi
Silat Beksi merupakan hasil akulturasi budaya Tiongkok dan Betawi yang diciptakan oleh Lie Cheng Oek, warga keturunan Tiongkok yang tinggal di Tangerang. Silat ini sanggup dikenali dari gerakan yang cepat dan banyak permainan tangan, dan sekilas jadi menyerupai dengan Aikido atau bela diri asal Jepang. Kata "Beksi" berasal dari bahasa Tiongkok, Bek berarti pertahanan, Si berarti empat, sehingga Beksi berarti empat pertahanan.