Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Matematika SD Menggunakan Metode Inquiri
4/ 5 stars - "Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Matematika SD Menggunakan Metode Inquiri" Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Matematika SD Menggunakan Metode Inquiri BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Ma...

Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Matematika SD Menggunakan Metode Inquiri



 Matematika SD Menggunakan Metode Inquiri Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Matematika SD Menggunakan Metode Inquiri
Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Matematika SD Menggunakan Metode Inquiri

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mencapai tujuan nasional yakni mencerdaskan bangsa, maka bangsa Indonesia mempunyai cita-cita yaitu ingin mempunyai generasi muda yang dibentuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Untuk mencapai cita-cita tersebut salah satu upayanya adalah dengan pendidikan (Strategi Dalam Pembelajaran, Din Wahyudin, dkk, 2006). Oleh karena itu sebagai guru harus selalu berusaha menambah dan meningkatkan ilmu pengetahuan siswa, terutama ilmu dasar, karena ilmu dasar merupakan fondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. Tetapi di sisi lain masih ada ilmu dasar yang merupakan pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Salah satunya adalah mata pelajaran matematika.
Tugas seorang guru memang berat, apalagi guru SD sebagai guru kelas harus menguasai dan mampu mengajarkan berbagai mata pelajaran dan setiap mata pelajaran mempunyai ciri-ciri yang berbeda, baik materi, metode maupun sarana dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajajran guru harus menguasai materi pembelajaran, metode dan strateginya. Jadi berhasil tidaknya suatu pendidikan banyak tergantung pada guru. (Strategi Dalam Pembelajaran, Din Wahyudin, dkk, 2006)
Namun satu hal yang penting yaitu guru sebagai pelaksana langsung, pencapaian tujuan pembelajaran perlu meningkatkan kualitas proses pembelajaran yaitu dengan memperhatikan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan yang dimiliki itu kepada peserta didiknya.
Di SDN Sekarjati 1 Kecamatan Karanganyari Kabupaten Ngawi ditentukan ketuntasan minimal untuk pelajaran Matematika kelas V adalah 6,5.
Metode penemuan pada pembelajaran matematika dimaksudkan untuk mendorong siswa dalam memahami sesuatu yang bersifat fakta atau relasi matematika yng masih baru bagi siswa, misalnya pola, sifat-sifat atau rumus tertentu. Setelah menemukan fakta atau relasi siswa diminta untuk menarik suatu kesimpulan dari apa yang mereka temukan sendiri.

B.  Rumusan Masalah
Berdasar uraian latar belakang  masalah diatas dapat dirumuskan “Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sekarjati 1 pada pelajaran matematika ”

C.  Tujuan Perbaikan
Berdasar permasalahan diatas maka tujuan perbaikan ini adalah “Mendeskripsikan hasil belajar matematika dengan metode inkuiri pada siswa kelas V SDN Sekarjati 1 Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi.

D.  Manfaat Perbaikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.    Guru
Guru akan memiliki gambaran tentang pembelajaran matematika yang efektif dan menyenangkan sehingga dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelass sekaligus dapat memecahkan permasalahan pembelajaran. Diharapkan dapat mengembangkan profesinya sehingga menjadi guru yang professional.
2.    Siswa
Siswa  akan mudah memahami materi pelajaran sehingga menjadi aktif dan dapat meningkatkan belajarnya. Melatih siswa dalam bekerja sama dalam memecahkan masalah.
3.    Lembaga
Bagi lembaga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah satu topik dan cara pembelajaran matematika pada siswa SD dengan metode inkuiri untuk mencapai tujuan pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” artinya “mempelajari”, namun diduga kata itu ada hubungan dengan kata sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan”, atau “intelegensi” (Andi Hakim Nasution, 1982, h. 12)
Matematika merupakan suatu ilmu yang berbungan dengan penelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrakdan hubungan di antara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang di pelajari serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur tersebut.
Pada pembelajaran matematika guru seyogianya  mengetahui hal ini sehingga dapat menyiapkan kondisi bagi siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih komplek. Matematika disebut ilmu deduktif, karena kita ketahui bahwa baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan umumnya. Metode pencarian kebenaran yang dipakai oleh matematika ada metode deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun, dalam matematika mencari kebenaran itu  bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisai yang benar untuk semua keadan harus dibuktikan secar deduktif. ( Karso, dkk. 2009: 1.39)
Menurut Roy Hollands (1995: 81), ”matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang". 
The Liang Gie (1999: 23), mengutip pendapat seorang ahli matematika bernama Charles Edwar Jeanneret yang mengatakan: ”Mathematics is the majestic structure by man to grant him comprehension of the universe, yang artinya matematika adalah struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk memberikan pemahaman mengenai jagat raya”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007:723) matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
James (dalam Suherman 2001: 16) menyatakan bahwa: “Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”.

B. Belajar Dan Pembelajaran Matematika SD
1. Teori-teori Belajar Matematika Pada Pembelajaran Matematika di SD
Beberapa teori belajar yang sering disebut-sebut pada pembelajaran matematika menurut Karso, dkk (2009:1.12-1.31) ada 4 teori yaitu sebagai berikut:
a. Teori belajar Jerome S. Bruner
Ada tiga tahapan anak belajar matematika, yaitu berturut-turut tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada dasarnya tahap belajar matematika itu dimulai dari pengalaman kehidupan sehari-hari, kemudian digunakan benda konkret dan diakhiri dengan penggunaan simbol atau lambang matematika yang bersifat abstrak. Bruner mengemukakan pula 4 teorema dalam pembelajaran matematika, yaitu teorema penyusunan, notasi, pengkontrasan dan keanekaragaman, dan teorema pengaitan.
b. Teori Belajar Zolton P. Dienes
Enam tahapan belajar matematika, yaitu berturut-turut tahap bermain bebas, permainan, penelaahan kesamaan sifat, representasi, simbolisasi, dan tahap formalisasi.
c. Teori belajar brownell dan Van Engen
Menyatakan bahwa pada situasi pembelajaran yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu (a) adanya suatu kejadian, benda atau tindakan; (b) adanya simbol yang mewakili unsur-unsur; (c) adanya individu yaang menafsirkan simbol tersebut.
d. Teori belajar Robert M. Gagne
Objek belajar matematika ada dua, yaitu objek langsung (fakta, operasi, konsep, dan prinsip), dan objek tidak langsung (kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri, bersikap  positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar).
Tipe belajar berturut-turut ada 8, mulai dari sederhana sampai dengan yang kompelks, yaitu belajar isyarat, stimulus respons, rangkai gerak, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep , belajar aturan, dan pemecahan masalah.
2.      Pembelajaran Matematika
Gatot Muhsetyo, dkk (2010:1.26-1.36) Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yga dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik , (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, dan (6) pengembangan dan pemahaman.
Beberapa strategi pembelajaran matematika yang kontruktivistik dan di anggap sesuai pada saat ini antara lain :
a. Pemecahan Masalah (problem Solving)
Ciri utama pemecahan masalah dalam matematika adalah adanya masalah yang tidak rutin (non-routine problem). Masalah seperti dirancang atau dibuat agar siswa tertantang untuk menyelesaikan.
b. Penyelidikan Matematis (Mathematical Investigation)
  penyelidikan matematis adalah penyelidikan tentang masalah yang dapat dikembangkan menjadi model matematika, berpusat pada tema tertentu, berorientasi pada kajian atau eksplorasi mendalam.
c. Penemuan Terbimbing
Penemuan terbimbing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mana guru membimbing siswa-siswanya dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa menemukan sesuatu.

d. Pembelajaran Kentekstual (Contextual learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pengelolaan suasana belajar yang mengaitkan bahan pelarajaran denga situasi dan atau kehidupan sehari-hari hal-hal yang faktual atau keadaan nyata yang dialami siswa.

C. Metode Inkuiri
Dalam pembelajaran dengan penemuan (inquiry), siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip sendiri (Nurhadi dan Senduk, 2003: 15).
Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan kontruktivistik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan. Pembelajaran dengan inquiry memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya sehingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan kritis karena mereka harus selalu menganalisis dan menangani informasi.
Inquiry merupakan salah satu komponen dari penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning), yang berarti menemukan. Menurut Nurhadi (2002) menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siwa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Inquiry merupakan salah satu dari tujuh komponen penerapan pendekatan kontekstual di kelas. Siklus inquiry sebagai berikut: (1) observasi (observation), (2) bertanya (question), (3) mengajukan dugaan (hipothesis), (4) pengumpulan data (data gathering), dan (5) penyimpulan (conclution).jika digambarkan dalamsebuah bagan menurut Nurhadi (2003: 20)
Langkah kegiatan menemukan (inquiry) adalah sebagai berikut
1)      Merumuskan masalah
2)      Mengamati dan melakukan observasi
3)      Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan, tabel, dan karya lainnya
4)      Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiens lainya.
Fakta atau relasi sebenarnya sudah ada atau datemukan sebelumnya namun belum pernah digunakan secara langsung oleh guru. Kegiatan dalam metode ini menggunakan konsep maupun ketrampilan matematika dalam kaitan dengan pemecahan masalah. Menurut Muhsetyo (2007:35) metode penemuan (inkuiri) dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Penemuan Murni
Pelajaran terfokus pada siswa, tidak terfokus pada guru, siswa yang menentukan tujuan dan pngalaman belajar yang diinginkan kepada para siswa kemudian siswa diminta untuk mangkaji dan menemukan fakta atau relasi yang terdapat dalam masalah tadi yang ahkhirnya siswa juga yng menarik kesimpulan dari apa yang mereka temukan. Siswa hamper tidak mendapat bimbingan guru.
2. Penemuan Terbimbing
Guru mengarahkan atau memberi petunjuk kepada siswa tentang materi pelajaran. Bimbingan yang diberkan sangat tergantung kepada kemampuan siswa dan topik yang dipeljari. Bimbingan bisa berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog sehingga diharapkan siswa sampai pada kesimpulan sesuai dengan yang diinginkan guru. Guru harus sudah merancang secara jelas kesimpulan apa yang harus ditemukan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam menggunakan metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1.  Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan belajarnya.
2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
3.  Melatih siswa untuk menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
4.  Memberi pengalaman belajar seumur hidup.

            Alasan penggunaan metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1.         Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
2.         Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah, tetapi juga lingkungan sekitar.
3.         Melatih siswa untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
4.         Penanaman kebiasaan untuk belajar seumur hidup.




BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subyek Penelitian (lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa)
1. Lokasi
Lokasi penelitian pembelajaran adalah di SDN Sekarjati 1 Kecamatan Karanganyari Kabupaten Ngawi.

2. Waktu
Waktu penelitian ini di laksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 bulan September 2013.

3. Mata pelajaran
Mata pelajaran matematika dengan materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak dan kecepatan.

4. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa kelas V SDN Sekarjati 1 dengan jumlah siswa 24 anak, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan dengan data sebagai berikut :

Tabel 3.1 Daftar Nama Siswa kelas V SDN Sekarjati 1
No.
Nama
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
1.
Arbian Juniansyah
L

2.
Ahmad Fajar Shodiq
L

3.
Bangkit Surya Dewangga
L

4.
Doni Wahyu Prashtyo
L

5.
Erfan Nanda Pratama
L

6.
Fatikah Salsabila Putri

P
7.
Hermia Puri Tama

P
8.
Handrik Prihandoko
L

9.
Herlisa Ramadhani

P
10.
Iftin Farekana Mufidah

P
11.
Ilham Zam Adi Wiranata
L

12.
Inca Salsabila Azahra P

P
13.
Junanda Deyastusesa
L

14.
Khoirul Arya Pamungkas
L

15.
Maya Rismawati

P
16.
Natasya Ardita karen R

P
17.
Pramuditya Efendi Ulul R
L

18.
Rendy Hari Pratama
L

19.
Tyas Dwi Febrianti

p
20.
Vicky Prayodhia Shella F R

P
21.
Vitra Nur Bin Rahman

P
22.
Irsad Alamsah
L

23.
Faris Nasirudin
L

24.
Lailatul Magfiroh

P





B.  Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan
3.      Pengumpulan Data
4.      Refleksi
Empat tahap dalam satu putaran pada penelitian adalah:
1.      Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian pada tahap ini peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan penelitan, serta membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada proses belajar mengajar. Selain itu tahap ini juga dipersiapkan instrument penelitian dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan.

2.      Tindakan atau Pelaksanaan
Pada tahap ini tindakan yang harus dilaksanakan peneliti sebagai upaya untuk melaksanakan perbaikan kegiatan belajar mengajar serta mengamati hasil dan proses kegiatan belaar mengajar yang dilakukan oleh teman sejawat.

3.      Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti berusaha mengumpulkan data untuk mendapatkan hasil.

4.      Refleksi (analisis dan interpretasi)

  Pada tahap ini peneliti bersama guru dan teman sejawat sebagai pengamat melihat serta mempertimbangkan hasil dan dampak dari tindakan yang telah dilakukan.

Siklus I (Kamis, 19 September 2013)
1.      Rencana Tindakan Perbaikan atau Tahap Rancangan
a.       Penyusunan RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) untuk observasi proses belajar mengajar yang bisa dilakukan guru, pada pelajaran matematika. Banyak ditemukan kesalahan konsep ketika guru menerangkan materi pelajaran. Setelah itu peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan metode penemuan berdasarkan materi pelajaran yang diberikan.
b.      Kegiatan selanjutnya terdiri dari kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu waktu, jarak dan kecepatan.
c.       Mempersiapkan daftar pengamatan sebagai acuan untuk mengumpulkan data tentang  prestasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika serta menyiapkan bahan penelitian.
d.      Memberikan tes di akhir pelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan prestasi.
2.      Pelaksanaan Perbaikan
a.       Saat pelaksanaan perbaikan, peneliti bertindak sebagai guru dibantu oleh teman sejawat sebagai pengamat yang memantau jalannya proses pembelajaran yang hasilnya berupa rekaman data kegiatan pembelajaran.
b.  Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan prestasi belajar dimana guru menggunakan media yang mendukung sesuai dengan materi yang disampaikan, guru kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
3.      Pengumpulan Data
a. Pada waktu guru mengajar, peneliti dibantu teman sejawat untuk melakukan pengumpulan data dengan cara mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sejauh mana data prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diberi tindakan.
b.    Untuk mengetahui perkembangan prestasi, siswa diberi angket prestasi belajar pada awal kegiatan sebelum melakukan tindakan dan juga pada lembar jawaban observasi prestasi belajar yang dibawa peneliti. Untuk mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa dilakukan melalui tes yang diberikan setiap akhir siklus.
4.      Refleksi
Dari hasil observasi, dilakukan analisis pada tindakan I kemudian dilanjutkan dengan refleksi yang dilakukan bersama teman sejawat, perlu dilakukan tindakan selanjutnya.

Siklus II ( Kamis, 26 September 2013)
  1. Rencana Tindakan Perbaikan atau Tahap Rancangan
a.       Rencana Tindakan Perbaikan (perencanaan)
b.   Rencana tindakan kelas siklus II disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus I. pada siklus I guru menyampaikan materi dengan metode penemuan dengan menggunakan media benda nyata.
c.   Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II sebagai kelengkapan proses belajar mengajar.
d.  Mempersiapkan daftar pengamatan sebagai acuan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika serta menyiapkan bahan penelitian.
e.   Memberikan tes pada akhir pelajaran untuk mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa.

  1. Pelaksanaan Perbaikan
a.   Tindakan pada siklus II disusun berdasarkan refleksi dari hasil tindakan pertama. Hasil analisis data pada siklus I tersebut digunakan sebagai acuan refleksi untuk menentukan rencana tindakan tahap ke II dengan mengadakan beberapa perbaikan dari rencana tindakan tahap pertama.
b.     Pada siklus II ini lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mencari rumus waktu yang di gunakan siswa berjalan dari gerbang sekolah ke kelas. Pada saat pelaksanaan tindakan ini didapat hasil  rekaman data tentang kegiatan pembelajaran dari teman sejawat.
  1. Pengumpulan Data
Untuk mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa dilakukan pengisian lembar observasi prestasi belajar siswa dan melalui tes yang diberikan setiap akhir siklus.

  1. Refleksi
Berdasarkan data tentang prilaku siswa yang diperoleh pada pemberian tindakan yang berupa data jawaban tes siswa baik prestasi belajar maupun pemantauan Proses pembelajaran di kelas, maka data tersebut diolah dan dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai salah satu masukan untuk melakukan refleksi dan digunakan sebagai bahan untuk menyusun tindakan selanjutnya.

Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
  1. Lembar Observasi
Lembar ini digunakan untuk mengamati peneliti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan.
  1. Lembar Aktifitas Siswa
Lembar ini digunakan untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
  1. Angket Respon Siswa
Angket ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan.
Sebagai penunjang pengumpulan data diperlukan perangkat pembelajaran sebagai berikut :
  1. Rencana perbaikan pembelajaran
  2. Lembar kerja siswa.

C. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi pengelolaan pembelajaran, pemberian tugas, lembar penilaian aktivitas siswa dan tes hasil belajar siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut :
-          Tes hasil belajar
Analisis data pre-tes dan post-tes hasil belajar siswa dilakukan untuk mengetahui peningkatan kompetensi kognitif siswa akibat adanya perbaikan pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode penemuan untuk menentukan peningkatan kompetensi kognitif belajar siswa dianalisis dengan menggunakan topik deskriptif atau prosentase (%) sebagai berikut :
daya serap =   jumlah nilai yang benar x 10
                              jumlah soal





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian diperlukan data. Data tersebut adalah sejumlah fakta yang digunakan sebagai sumber atau masukan untuk menentukan kesimpulan atau keputusan yang diambil. Yang menjadi topik pengamatan adalah kegiatan siswa dan hasil pembelajaran siswa pada mata pelajaran matematika tentang waktu, jarak dan kecepatan.

1. Deskripsi Siklus I
a.    Tahap Perencanaan
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana perbaikan pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pembelajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 September 2013 di Kelas V dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses pembelajaran mengacu pada rencana perbaikan pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan pembelajaran.
Pada akhir proses pembelajaran siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran  yang telah dilakukan.
c. Tahap pengamatan
Pada akhir proses pembelajaran siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran  yang telah dilakukan.
Adapun data hasil pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut:
Table 4.1 Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No.
Nama
Nilai
Prosentase
%
Ketuntasan
Ya
Tidak
1.
Arbian Juniansyah
6
60

ü   
2.
Ahmad Fajar Shodiq
6
60

ü   
3.
Bangkit Surya Dewangga
8
80
ü   

4.
Doni Wahyu Prashtyo
4
40

ü   
5.
Erfan Nanda Pratama
4
40

ü   
6.
Fatikah Salsabila Putri
8
80
ü   

7.
Hermia Puri Tama
6
60

ü   
8.
Handrik Prihandoko
4
40

ü   
9.
Herlisa Ramadhani
8
80
ü   

10.
Iftin Farekana Mufidah
8
80
ü   

11.
Ilham Zam Adi Wiranata
8
80
ü   

12.
Inca Salsabila Azahra P
6
60

ü   
13.
Junanda Deyastusesa
8
80
ü   

14.
Khoirul Arya Pamungkas
6
60

ü   
15.
Maya Rismawati
6
60

ü   
16.
Natasya Ardita karen R
8
80
ü   

17.
Pramuditya Efendi Ulul R
6
60

ü   
18.
Rendy Hari Pratama
4
40

ü   
19.
Tyas Dwi Febrianti
8
80
ü   

20.
Vicky Prayodhia Shella F R
8
80
ü   

21.
Vitra Nur Bin Rahman
8
80
ü   

22.
Irsad Alamsah
8
80
ü   

23.
Faris Nasirudin
6
60

ü   
24.
Lailatul Magfiroh
6
60

ü   






Jumlah
158
1460
11
13
Rata-rata
6,58
6,58
Prosentase %
65,83
65,83
46
54

Keterangan: 
Jumlah siswa yang tuntas                 : 11
Jumlah siswa yang belum tuntas       : 13


Tabel 4.2 Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
65,83
11
46  %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode inkuiri pada materi pelajaran diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 65,83 dan ketuntasan belajar mencapai 46 % atau ada 11 siswa  dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 46  % . Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang lupa dengan materi pelajaran yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini.

A.    Siklus II
a.       Perencanaan
Pada rencana perbaikan pembelajaran siklus II kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Pada kegiatan awal guru mengadakan apersepsi dengan cara menyanyi lagu naik-naik kepuncak gunung bersama siswa dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu.
Pada kegiatan inti guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang perjalanan, siswa memperhatikan pernjelasan guru tentang waktu, kecepatan dan jarak. Guru membagi siswa menjadi empat kelompok, guru memberikan pedoman tugas kelompok. Siswa mengerjakan tugas kelompok, dengan bimbingan guru. siswa mengerjakan LKS, guru mengadakan penilaian terhadap kerja kelompok siswa dengan menggunakan lembar pengamatan, guru bersama siswa membahas LKS kemudian menyimpulkan materi pelajaran.
Pada kegiatan akhir siswa mengerjakan soal evaluasi, guru bersama siswa membahas soal evaluasi kemudian guru mengadakan tindak lanjut dan menyampaikan pesan moral.
b.      Pengamatan
Pada akhir proses pembelajaran siswa diberi tes formatif  II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran  yang telah dilakukan.
Adapun data hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut:

Table 4.3 Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No
Nama
Nilai
Prosentase
%
Ketuntasan
Ya
Tidak
1.
Arbian Juniansyah
8
80
ü   

2.
Ahmad Fajar Shodiq
8
80
ü   

3.
Bangkit Surya Dewangga
8
80
ü   

4.
Doni Wahyu Prashtyo
6
60

ü   
5.
Erfan Nanda Pratama
6
60

ü   
6.
Fatikah Salsabila Putri
8
80
ü   

7.
Hermia Puri Tama
8
80
ü   

8.
Handrik Prihandoko
6
60

ü   
9.
Herlisa Ramadhani
8
80
ü   

10.
Iftin Farekana Mufidah
8
80
ü   

11.
Ilham Zam Adi Wiranata
8
80
ü   

12.
Inca Salsabila Azahra P
8
80
ü   

13.
Junanda Deyastusesa
8
80
ü   

14.
Khoirul Arya Pamungkas
8
80
ü   

15.
Maya Rismawati
8
80
ü   

16.
Natasya Ardita karen R
8
80
ü   

17.
Pramuditya Efendi Ulul R
8
80
ü   

18.
Rendy Hari Pratama
6
60

ü   
19.
Tyas Dwi Febrianti
8
80
ü   

20.
Vicky Prayodhia Shella F R
8
80
ü   

21.
Vitra Nur Bin Rahman
8
80
ü   

22.
Irsad Alamsah
8
80
ü   

23.
Faris Nasirudin
8
80
ü   

24.
Lailatul Magfiroh
8
80
ü   







Jumlah
184
1840
20
4
Rata-rata
7,66
7,66
Prosentase %
76,66
76,66
83
17

Keterangan: 
Jumlah siswa yang tuntas                 : 20
Jumlah siswa yang belum tuntas       :  4
       


Tabel 4.4 Distribusi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No
Uraian
Hasil Siklus II
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
7,66
20
83  %

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pembahasan Siklus I
Hasil penelitian pembelajaran untuk peningkatan prestasi belajar matematika tentang waktu, jarak dan kecepatan di kelas V  belum sepenuhnya dipahami anak.
Beberapa hal yang menyebabkan ini adalah:
a.         Siswa kurang termotifasi untuk belajar matematika
b.        Metode yang diterapkan guru masih belum bisa membuat siswa aktif    dalam pembelajaran di kelas.
Hasil Tes Formatif Siswa setelah di amati Nilai rata-rata belajar siswa 65,83 dan ketuntasan belajar mencapai 46 %.

2. Pembahasan Siklus II
Pada siklus II ini pengamatan yang diperoleh adalah:
a.  Antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran semakin meningkat, karena pembelajaran dengan metode penemuan lebih jelas dan terarah.
b. Interaksi antar guru dan siswa juga sering terjadi karena guru memperhatikan dan menghargai ide atau pendapat siswa.
Hasil Tes Formatif Siswa setelah di amati Nilai rata-rata belajar siswa 76,66 dan ketuntasan belajar mencapai 83 %.
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode penemuan (inkuiri) pada materi pelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. ketuntasan belajar meningkat dari sklus I dan II yaitu 46 % dan 88,57%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.


BAB V
PENUTUP

A.  Simpulan
 Dari Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
1. pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan  (inkuiri) dapat meningkatkan kemampuan/prestasi siswa
2.      Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika dengan metode penemuan mengalami peningkatan
3.    Aktifitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif dapat muncul dan berkembang
4. Dengan menggunakan metode penemuan dapat melatih dan mendorong siswa dalam menemukan suatu fakta atau relasi yang belum diketahui

B. Saran
             Dari kesimpulan diatas dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.  Kegiatan pembelajaran matematika yang selama ini menggunakan metode kurang meningkatkan prestasi belajar siswa, keaktifan siswa dan pemahaman terhadap materi sebaiknya menggunakan pembelajaran yang aktif, efektif, menyenangkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
2.     Dengan melihat prestasi belajar siswa melalui metode penemuan yang mengalami peningkatan, tentunya bisa dikembangkan dengan metode pembelajaran yang lain yang dianggap lebih efektif.
3.   Dengan adanya perbaikan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan profesional guru dalam mengemban amanat sebagai guru yang profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Karso M.M.Pd, dkk (2009). Pendidikan Matematika 1. Jakarta  : Universitas Terbuka
Gie, The Liang. 1999. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Hollands, Roy. 1995. Kamus Matematika. Jakarta: Erlanga.
Muhsetyo Gatot, dkk (2010). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Nasuation, Andi Hakim. (1980). Landasan Matematika. Jakarta : Bhatara Aksara
Nurhadi, (2003). Pendekatan Kontektual (contextual Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas
Nurhadi dan Senduk , GA. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang
Suherman, Eman dan Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
Tim Penyusun KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Artikel Terkait :


Jika artikel ini bermanfaat, silakan tinggalkan tanggapan di kolom komentar dan silakan Subscribe Website saya ini untuk mendapatkan pemberitahuan dari artikel-artikel terbaru saya berikutnya 

"Sebaik-baik pohon adalah pohon yang banyak buahnya. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama"

Silakan bagikan artikel ini kepada orang-orang terkasih anda 
melalui Media Sosial dibawah ini:

Sumber https://mariyadhies.blogspot.com/