Metode Pembelajaran Puzzle Jigsaw
4/ 5 stars - "Metode Pembelajaran Puzzle Jigsaw" Melalui metode puzzle jigsaw siswa mendapat pengalaman secara langsung. Metode mengajar merupakan salah satu faktor yang mensugesti pres...

Metode Pembelajaran Puzzle Jigsaw



Melalui metode puzzle jigsaw siswa mendapat pengalaman secara pribadi Metode Pembelajaran Puzzle Jigsaw
Melalui metode puzzle jigsaw siswa mendapat pengalaman secara langsung.
Metode mengajar merupakan salah satu faktor yang mensugesti prestasi mencar ilmu anak. Penggunaan metode mengajar yang menarik dan menyenangkan akan sangat kuat pada iklim mencar ilmu di kelas. Salah satu metode yang sanggup dipakai untuk pembelajaran di Sekolah Dasar yakni puzzle jigsaw. Dengan penggunaaan metode ini sanggup meningkatkan minat mencar ilmu siswa sehingga akan berdampak positif pada prestasi mencar ilmu siswa.

Puzzle jigsaw merupakan metode pembelajaran kolaborasi antara permainan puzzel dengan metode kooperatif model jigsaw. Menurut Adenan (1989: 9) dinyatakan bahwa puzzle dan games yakni bahan untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri alasannya yakni hal itu memperlihatkan sebuah tantangan yang sanggup secara umum dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan berdasarkan Hadfield (1990: v), puzzle yakni pertanyaan-pertanyaan atau duduk kasus yang sulit untuk dimengerti atau dijawab.

Tarigan (1986: 234) menyatakan bahwa pada umumnya para siswa menyukai permaianan dan mereka sanggup memahami dan melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle, anagram dan palindron. Sedangkan Jigsaw yakni salah satu metode kooperatif yang lebih mengetengahkan kerja sama tim dalam memecahkan masalah.

Jigsaw meruapakan salah satu metode kooperatif dalam PAKEM. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yakni suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bab bahan mencar ilmu dan bisa mengajarkan bahan tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 2001).

Metode puzzle jigsaw ini mengajak siswa untuk menyusun potongan-potongan gambar dan diubahsuaikan dengan mal yang telah disediakan sehingga membentuk sebuah gambar yang benar. Selain menyusun potongan gambar, siswa juga dituntut untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan aba-aba puzzle yang telah disusun.

Melalui metode puzzle jigsaw siswa mendapat pengalaman secara langsung, pertanda konsep secara menyenangkan, menggali kreatifitas, melatih cara berfikir tingkat tinggi, menguatkan hafalan, mencar ilmu bekerja sama dengan teman dan karenanya siswa memperoleh kebenaran secara nyata dan ganda.

Dengan metode puzzle jigsaw siswa dituntut aktif berfikir merangkaikan kepingan gambar dan goresan pena sebuah konsep pembelajaran tak beraturan sehingga membentuk konsep yang saling bertautan. Metode ini menekankan bahwa mencar ilmu intinya yakni proses berpikir.

Selain untuk mengkonkretkan konsep yang terdapat dalam pembelajaran, metode puzzle jigsaw diharapkan sanggup membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Dengan kata lain, penggunaan puzzle dalam pembelajaran sanggup memperbesar minat dan perhatian siswa.

Langkah-langkah penerapan metode puzzle jigsaw sebagai berikut:

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok induk. Setiap anggota kelompok mendapat kartu warna.

2. ‘Siswa yang mendapat kartu yang berwarna sama bergabung menjadi kelompok gres yang disebut kelompok ahli.

3. Setiap kelompok andal mendapat sebuah puzzle dan menyusunnya.

4. Kelompok yang telah berhasil menyusun puzzle , berhak mengambil kartu soal dan menjawab pertanyaan yang ada pada kartu soal tersebut.

5. Siswa kembali ke kelompok induk dan melaporkan apa yang telah didapat dari kelompok ahli.

6. Kelompok andal bertugas menjawab pertanyaan yang dibagikan guru berdasarkan pengetahuan yang telah didapat dari kelompok ahli.

7. Melaporkan hasil kerja kelompok induk di depan kelas.

8. Guru dan siswa gotong royong menyimpulkan bahan yang telah dipelajari.

Penerapan metode puzzle jigsaw disamping akan memudahkan anak dalam memahami materi, penggunaan metode ini juga bermanfaat untuk :

a) Mengembangkan kapasitas anak dalam mengamati dan melaksanakan percobaan

b) Membedakan bagian-bagian dari sebuah benda dan meminta bawah umur untuk menyatukannya kembali

c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

d) Mengembangkan koordinasi motorik halus.

Dengan memakai metode yang lebih menarik dan menantang, siswa sanggup termotivasi sebagaimana Ivas K. Davles (1991:215) kalau seseorang telah termotivasi maka mereka siap untuk melaksanakan hal-hal yang dibutuhkan sesuai dengan yang dikehendaki.