Prestasi berguru yaitu perjuangan maksimal yang dicapai oleh seseorang sehabis melakukan usaha-usaha belajar. |
Banyak teori yang membahas wacana terjadinya perubahan tingkah laris diantaranya aliran behavioristik dan aliran holistik. Menurut aliran behavioristik, berguru pada hakikatnya yaitu pembentukan asosiasi antara kesan yang yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau bekerjasama antara stimulus dan respons (S-R). Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Thorndike, Skiner, Pavlop, Hull, dan Guthrie (Sanjaya 2006:114).
Menurut aliran kognitif, berguru merupakan proses pengembangan insight. Insight yaitu pemahaman terhadap korelasi antar kepingan di dalam suatu situasi permasalahan. Teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik diantaranya teori Gestalt, teori Medan , teori Organismik, teori Humanistik, teori konstruktivistik (Sanjaya 2006:115). Teori medan yang bersumber dari aliran psikologi kognitif atau psikologi gestalt menjelaskan bahwa keseluruhan lebih memberi makna daripada bagian-bagian terpisah.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan sikap sebagai akhir dari pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard (dalam Sanjaya 2006:113) berguru yaitu proses perubahan melalui aktivitas atau mekanisme latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Sanjaya (2006:112) mengemukakan bahwa berguru yaitu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga mengakibatkan munculnya perubahan perilaku.
Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, pembiasaan diri. Menurut Hamalik (2002:57).
Pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), kemudahan (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mensugesti mencapai tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laris siswa berubah ke arah yang lebih baik.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi berguru merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi berguru merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang sehabis melakukan usaha-usaha belajar. Sedangkan berdasarkan Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi berguru yaitu perjuangan maksimal yang dicapai oleh seseorang sehabis melakukan usaha-usaha belajar.
Prestasi berguru di bidang pendidikan yaitu hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor sehabis mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan memakai instrumen tes atau instrumen yang relevan. Kaprikornus prestasi berguru yaitu hasil pengukuran dari evaluasi perjuangan berguru yang dinyatakan dalam bentuk simbol, abjad maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi berguru merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor sehabis mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan memakai instrumen tes yang relevan.
Prestasi berguru sanggup diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Azwar (2005:8-9) mengemukakan wacana tes prestasi berguru kalau dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang sanggup dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi berguru berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam aktivitas pendidikan formal tes prestasi berguru sanggup berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan UAN dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi tinggi.
Faktor-Faktor yang mensugesti prestasi berguru antara lain:
1. Faktor Intern
Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor ini meliputi:
a. Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
1) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah
2) Karena cacat badan
b. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani) meliputi:
1) Intelegensi
Setiap orang mempunyai tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang mempunyai IQ 110-140 sanggup digolongkan cerdas, dan yang mempunyai IQ 140 keatas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk sanggup menuntaskan pendidikan di Perguruan Tinggi. Seseorang yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.
2) Bakat
Bakat yaitu potensi atau kecakapan dasar yang dibawa semenjak lahir. Setiap individu mempunyai talenta yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih gampang mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya
3) Minat
Tidak adan ya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menjadikan problema pada diri anak.
4) Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi sanggup menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
5) Faktor Kesehatan Mental
Hubungan kesehatan mental dengan berguru yaitu timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menjadikan hasil berguru yang baik demikian juga berguru yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yaitu faktor-faktor yang sanggup mensugesti prestasi berguru yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak menunjukkan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang sanggup mensugesti berguru yaitu “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
Faktor sekolah yang mensugesti berguru meliputi metode mengajar, kurikulum, kekerabatan guru dengan siswa, kekerabatan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode berguru dan kiprah rumah (Slameto, 2003:64-69).
Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut akan dibahas sebagai berikut:
a) Metode Mengajar
Metode mengajar yaitu suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mensugesti berguru siswa yang tidak baik pula. Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang baru, yang sanggup membantu meningkatkan aktivitas berguru mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah aktivitas yang diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik kuat tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu contohnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c) Relasi Guru dengan Siswa
Proses berguru mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Cara berguru siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam kekerabatan guru dengan siswa yang baik, maka siswa akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang diberikannya dengan baik.
d) Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laris yang kurang menyenangkan, akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk sekolah alasannya yaitu di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.
e) Alat Pelajaran
Alat pelajaran yang lengkap dan sempurna akan memperlancar penerimaan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang mempunyai media dalam jumlah maupun kualitasnya.
f) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan akrab hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula, alasannya yaitu sanggup memberi efek yang positif terhadap belajarnya.
g) Waktu Sekolah
Waktu sekolah sanggup terjadi pada pagi hari, siang, sore/malam hari. Tetapi waktu yang baik untuk sekolah yaitu pada pagi hari dimana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik sehingga siswa akan gampang berkonsentrasi pada pelajaran.
h) Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Padahal guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa.
i) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung remaja ini harus memadai di dalam setiap kelas.
j) Metode Belajar
Siswa perlu berguru teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, menentukan cara berguru yang sempurna dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya.
k) Tugas Rumah
Kegiatan anak di rumah bukan hanya untuk belajar, melainkan juga dipakai untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diperlukan guru jangan terlalu banyak memberi kiprah yang harus dikerjakan di rumah.