Kriteria Ketuntasan Minimal (Kkm) Dalam Kurikulum 2013
4/ 5 stars - "Kriteria Ketuntasan Minimal (Kkm) Dalam Kurikulum 2013" Sahabat semuanya kali iniakan membuatkan perihal Kriteria Ketuntasan Minimal Dalam Kurikulum 2013. Sebagai penambah ilemu pengetahuan dan u...

Kriteria Ketuntasan Minimal (Kkm) Dalam Kurikulum 2013



Sahabat semuanya kali iniakan membuatkan perihal Kriteria Ketuntasan Minimal Dalam Kurikulum 2013. Sebagai penambah ilemu pengetahuan dan untuk diketahui dan dilaksanakan oleh para pengemban pendidikan, biar memahami apa itu KKM.
Sahabat semuanya kali iniakan membuatkan perihal Kriteria Ketuntasan Minimal Dalam Kurikulum  Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Dalam Kurikulum 2013
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Dalam Kurikulum 2013 bloggoeroe
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu kriteria ketuntasan berguru yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik akseptor didik, karakteristik muatan pelajaran, dan kondisi Satuan Pendidikan. Penentuan KKM harus mempertimbangkan setidaknya 3 aspek, yakni karakteristik akseptor didik (intake), karakteristik muatan/mata pelajaran (kompleksitas), dan kondisi satuan pendidikan (pendidik dan daya dukung.
  1. Aspek karakteristik materi/kompetensi yaitu memperhatikan kompleksitas KD dengan mencermati kata kerja yang terdapat pada KD tersebut dan menurut data empiris dari pengalaman guru dalam membelajarkan KD tersebut pada waktu sebelumnya. Semakin tinggi aspek kompleksitas materi/kompetensi, semakin menantang guru untuk meningkatkan kompetensinya.
  2. Aspek intake yaitu memperhatikan kualitas akseptor didik yang sanggup diidentifikasi antara lain menurut hasil ujian jenjang sebelumnya, hasil tes awal yang dilakukan oleh sekolah, atau nilai rapor sebelumnya. Semakin tinggi aspek intake, semakin tinggi pula nilai KKMnya.
  3. Aspek guru dan daya dukung antara lain memperhatikan ketersediaan guru, kesesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu, kompetensi guru (misalnya hasil Uji Kompetensi Guru), rasio jumlah peserta didik dalam satu kelas, sarana prasarana pembelajaran, derma dana, dan kebijakan sekolah. Semakin tinggi aspek guru dan daya dukung, semakin tinggi pula nilai KKMnya.

Dalam menetapkan KKM, satuan pendidikan harus merumuskannya secara bantu-membantu kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya. KKM dicantumkan dalam Dokumen I KTSP dan bersifat dinamis, artinya memungkinkan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan proses pembelajaran. KKM dituliskan dalam bentuk angka (bilangan bulat) dengan rentang 0 – 100. Dengan demikian, penentuan KKM muatan pelajaran merupakan kewenangan pendidik yang disetujui di tingkat Satuan Pendidikan melalui rapat dewan guru. KKM sanggup dibentuk berbeda untuk setiap mata pelajaran dan sanggup juga dibentuk sama untuk semua mata pelajaran pada suatu sekolah. Apabila sekolah memilih KKM yang berbeda untuk setiap mata pelajaran, sekolah harus mempertimbangkan panjang interval setiap mata pelajaran. KKM yang berbeda akan menjadikan interval predikat dan penentuan predikat yang berbeda. Misalnya, muatan pelajaran dengan KKM 75 maka predikat C (Cukup) dimulai dari nilai 75, sedangkan KKM 60 maka predikat C (Cukup) dimulai dari nilai 60. Hal ini berimplikasi antara lain pada format dan pengisisan rapor. Apabila sekolah memilih KKM yang sama untuk semua mata pelajaran, contohnya dengan menjadikan KKM mata pelajaran paling rendah sebagai KKM satuan pendidikan. Hal ini akan menyederhanakan penentuan interval predikat serta format dan pengisian rapor. Nilai KKM ditulis dalam dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan disosialisasikan kepada semua warga sekolah.

Demikianlah yang sanggup di share kali ini. Semoga Bapak Ibu Guru dalam memilih KKM ini tidak salah dan tetap mengacu kepada hukum yang berlaku. Supaya pendidikan kita tidak menjadi korban alasannya salah dalam memilih perhitungan, mohon lihat standar kompetensi lulusan. Amin

Sumber https://bloggoeroe.blogspot.com/